Lost in Africa?

Pagi ini tiba-tiba saja Singapore mendapat sebuah undangan dari orang tidak di kenal.

Di bukanya undangan aneh dengan warna pink alay khas orang lebay itu. Dan undangan itu berisikan;

Kepada seluruh personifikasi negara, yang udah gak ngeksis juga sok atuh.

Kalian aku kirimkan sebuah tiket untuk pergi ke Africa, semua biaya akomodasi saya akan tanggung..

"Bahasanya campur sari.. Aku tidak berminat!" ucap wanita itu sembari hendak merobeknya menjadi benda kecil.

Eiit! Yang tidak ikut, aku bakal membuat hidup kalian tersiksa. Kalau perlu membuat kalian seperti Prussia atau Roma! Camkan itu baik-baik.

Salam, Orang AwesoooooumeEEEeee

Singapore pun dibuat berkeringat dingin, sudah beberapa hari ini dia diancam teman-teman autisnya se-nation-nya.

"Jadi aku harus ikut nih?"

harus!

"Hah? Suratnya bisa bicara? Gaya tulisannya alay dan senarsis Prussia.. Apa mereka, para personifikasi negara lain juga di kirimi surat tidak penting ini?"

Dan pertanyaan Singapore pun tak terjawab oleh siapapun.

------

aku berharap semua rp-ing ikut ke Africa.. XD

"Surat aneh, bisa ngomong.." kata Scottland yang sedang facepalm. Sementara itu, tangan kanannya menggenggam secarik kertas (yang tidak lain adalah surat) dengan sangat kuat.

Sebenarnya dia malas sekali untuk datang. Tapi, ancaman yang dikeluarkan cukup hebat juga. Hei, siapa juga yang mau bernasib madesu macam Prussia dan kakek Roma? No no no. Tidak akan.

Dan Scottland terduduk; berpikir keras. Tangan kiri menggenggam handphone--hendak menghubungi teman-temannya dan bertanya. Tetapi, apa daya nggak punya pulsa.

Scottland pun kini sibuk dengan dunianya sendiri.

"Kesesesese! Semua surat undangan telah kusebar! Sekarang tinggal menunggu mereka, para personifikasi negara yang tidak 4w3$oMe itu datang!" Kata Prussia sambil memainkan PSPnya diatas seekor unta, ditengah padang pasir.

Karena tidak mau negaranya yang sangat KAYA ini kenapa-kenapa, Singapore dengan tidak ikhlasnya berlari menuju ruang tamu dimana telpon rumah berada.

Dipencetnya tombol itu dan terdengarlah suara balasan dari seorang pria yang sama-sama memiliki alis tebal seperti dirinya, Scotland.

"Halo?"

Kesal menunggu, Prussia meraih handphonenya dan menekan sebuah nomor.

"Akan kubunuh Singapore baka itu kalau dia tidak mengangkat!"

'nomor yang anda tuju sedang sibuk, silahkan coba beberapa saat lagi'

"Siaaaaal!", umpat Prussia sambil memasukan hp itu ke kantungnya.

Kepada seluruh personifikasi negara, yang udah gak ngeksis juga sok atuh.

Kalian aku kirimkan sebuah tiket untuk pergi ke Africa, semua biaya akomodasi saya akan tanggung..

"Bahasanya campur sari.. Aku tidak berminat!" ucap wanita itu sembari hendak merobeknya menjadi benda kecil.

Eiit! Yang tidak ikut, aku bakal membuat hidup kalian tersiksa. Kalau perlu membuat kalian seperti Prussia atau Roma! Camkan itu baik-baik.

Salam, Orang AwesoooooumeEEEeee

Norway ngerutin alis, 'Sumpah demi dewa dewi Nesia, nih surat alay parah!' batin Norway. Dengan cepat Norway langsung ngambil laptop sama shotgun, dan lari kerumah Scott.

'Walaupun agak-agak tapi Scott biasanya tau kalo soal beginian'

"Wah, aku dapat surat!" katanya riang membuka sepucuk surat yang baru saja diterimanya.

N. Italy pun membaca surat yang berbunyi untuk menyuruh dirinya ke Afrika dengan tiket gratis. Dia masih bingung berpikir beraba banyak pasta yang harus dibawanya karena di surat ini tidak tertera berapa hari dia akan berada di sana. Negara begitu jauh, N. Italy khawatir tidak ada pasta di sana. Lalu dia harus makan apa?

Eiit! Yang tidak ikut, aku bakal membuat hidup kalian tersiksa. Kalau perlu membuat kalian seperti Prussia atau Roma! Camkan itu baik-baik

Bulu kuduknya merinding membaca kata ancaman terakhir. Dia tidak mau hidup tersiksa. Tidak menyenangkan. "Ta-takuuuut…" tangan N.Italy gemetaran memegang surat ini. Wajahnya sudah pucat pasi.

Kalimat selanjutnya membuat N.Italy bingung, "Memang kenapa dengan Kakek Roma?"

Tak bisa dimengerti olehnya, dia pun beralih pada pikiran selanjutnya, "Ikut tidak ya?"

harus!

Surat itu dilempar N.Italy kuat-kuat. Kini dia menatap ngeri melihatnya karena surat itu bicara. Ia terduduk lemas dan mulai menangis.

"Kakeeeeekkkk!!!" tangisnya. "Aku takuuutt!"

"Kakeeeeekkkk!!! Aku takuuutt!"

Norway yang lagi asik jalan kerumah Scott pun berhenti, 'Bukannya itu suaranya Firenzigo?'

Didorong dengan rasa ingin tau akhirnya Norway pun balik arah menuju rumah Firenzigo

"Dengar rintihan berjuta kepala~ Waktu lapar menggila~ Hamparan manusia tunggu mati~ Nyawa tak ada arti ~Kering kerontang meradang~ Entah sampai kapan ~ Datang tikam nurani

Selaksa do'a penjuru dunia, mengapa tak robah bencana. Menjerit Afrika mengerang Ethiopia

Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia Etihiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia~~~~"

Hongkong mendengarkan lagu Iwan Fals itu dengan khidmat dan seksama. Sesekali dia menitikkan air mata (jeh, lebay amat mas). Iya pemirsa, anak ini lagi keracunan lagu Ethiopia. Sebentar lagi kayaknya Iwan Fals memasuki list penyanyi favoritnya setelah Roma Irama, Syifa Syalala (jeh?), Ade Irma, Elvi Sukaesih, dan Mbah Japra.

"Ihihihi~ Pak pos dataaaaaang!!" kata seseorang tidak dikenal dan mencurigakan di depan pintu. Hongkong membukanya.

"Aku tukang pos, rajin sekali. Surat kubawa naik sepeda. Siapa saja aku layani, tidak kupilih miskin dan kaya...."

BLAM!!

"Kalo mau nyanyi gaje jangan di sini Om! Ikutan Ethiopian Idol aja, dijamin kagak menang!" kata Hongkong setengah nyumpahin dan ngedoain.

"Mas, tapi ini ada surat penting dari Pak Prusia. Katanya kudu dibaca sekarang atau mati konyol di tangan Ryan Jombang,"

Heh? Perasaan Ryan Jombang udah almarhum deh. Hongkong buka lagi pintunya dan nerima tuh surat. Pak Pos narsis itu pergi lagi sambil melantunkan lagu Mars-nya.

'Kepada seluruh personifikasi negara, yang udah gak ngeksis juga sok atuh.

Kalian aku kirimkan sebuah tiket untuk pergi ke Africa, semua biaya akomodasi saya akan tanggung..

Eiit! Yang tidak ikut, aku bakal membuat hidup kalian tersiksa. Kalau perlu membuat kalian seperti Prussia atau Roma! Camkan itu baik-baik.

Salam, Orang AwesoooooumeEEEeee'

Tanpa wet-expire (basah-basi), Hongkong langsung sms Prusia,

'Kemana? Kalo ke Ethiopia gue ikuut!!' Setelah itu dia dengerin lai glagu Ethiopia yang dilantunkan sama Iwan Merdu Sekali itu.

Seorang gadis berambut coklat bergelombang tengah duduk di kursinya. Dan ia di beri sebuah undangan yang oh-my-super-norak-abis yang diketahui pengirimnya adalah teman sejati kakaknya yaitu kak Prussia.

"Dasar kak Prussia aneh... Kenapa harus ke afrika? apa tak ada tempat yang lebih elit lagi? Kan lagi pada perang di libya..." gumam gadis itu.

Langsunglah ia mengirim sms teman kakaknya itu,siapa lagi kalo bukan Prussia.

Kak Prussia,apa tidak ada tempat yang lebih elit lagi? Kenapa harus afrika? Kenapa tidak australia atau sejenisnya?

Kemudian ia mengklik tombol send.

"Sial, gue udah jauh-jauh nelpon itu om alis tebal malah gak diangkat!" pekik Singapore kesal sambil membanting telponnya. Tiba-tiba saja telponnya berdering, karena mengira yang menelpon itu Scottland, maka Singapore pun tidak mau mengangkatnya.

Di sisi lain setelah telpon di rumah Singapore berhenti..

"Akan kubunuh Singapore baka itu kalau dia tidak mengangkat!"

'nomor yang anda tuju sedang sibuk, silahkan coba beberapa saat lagi'

"Siaaaaal!"

"Gak bener si Prussia asem ini ~ Masa pergi ke Afrika? Gila kali ya?" tanya Singapore tidak kepada siapa-siapa. Tapi tiba-tiba dia segera mengambil kopernya, topi teduhnya, dan iphonenya, tak lupa memasang jaket dan sepatu. Dikuncinya pintu rumahnya seraya dia berseru, "Sepertinya aku harus mengunjungi mereka yang dapet surat gak bener itu.. Tapi.. darimana dulu?

Diambilnya secarik kertas yang bertuliskan nama-nama nation gila temannya.

"Antara kak Nesia dan Silvana ~"

Setelah itu, Singapore pun pergi menuju rumah teman-temannya tersebut.

Silvana mencoba menelpon Prussia tapi tak ada jawaban.
"Ih kak Prussia jahat amat..." katanya sambil menaruh handphone-nya di meja terdekat.

Ia duduk sebentar di sofa rumahnya. Lalu ia memilih berkebun sebentar,yah mungkin kalo ada tamu nanti langsung kelihatan.

Dengan menempuh perjalanan(tentu dengan jalan kaki akibat tidak mau mengeluarkan uang sepeser pun), akhirnya dia sampai ke sebuah rumah yang sudah tidak asing lagi.

Dia memencet belnya berulang kali-kali.

Teeeeeeet..TEEEEEEEEEET... TE333EEEeeet

"Silvana.. Jangan sampai aku mendobrak pintu rumahmu sekarang juga.." desis Singapore

Mendengar suara bel,Silvana langsung membuka-kan pintu. Dan terlihatlah temannya,yaitu Singapur.

"Hola~ Singapur ada apa? Ayo masuk dulu..." sambutnya degan senyumannya yang biasa.

"Tidak, aku langsung saja. Kau dapat surat alay bin gak bener dari Prussia?" tanya Singapore dengan raut kaku.

"Iya aku mendapatkannya... tapi dari tadi aku sudah menelpon kak Prussia,terus gak diangkat-angkat... Padahal aku mau nanya,kenapa harus ke afrika? bukankah di libya lagi perang? dan di afrika selatan lagi krisis makanan?" tanya Silvana.

"Masalah itu jangan tanya aku. Dianya saja sudah gila mau ke Afrika. Sudah, segera siap-siap, kita akan segera berangkat." perintah Singapore.

Dia langsung duduk di kursi depan rumah Silvana dengan seenak udelnya.

Mendengar itu Silvana langsung beresin baju.
"Singapur belom beresin baju ya?" sahutnya dari dalam kamar.

Singapore segera menunjuk sebuah koper yang sedari tadi dia gerek.

"Cepatlah ~"

"Iya sebentar lagi kok~" sahut Silvana yang kemudian langsung keluar dari kamar menghampiri Singapur.

"Aku sudah selesai~ ayo..." kata Silvana.

"Sekarang kita pergi ke tempat Kak Nesia," ucap Singapore seraya mengambil kopernya dan melangkah duluan.

"Mau naik mobilku?" tanya Silvana yang melihat Singapur sudah keluar duluan.

"Boleh."

Dalam hati Singapore harus berterima kasih pada Silvana karena sudah membantunya menghemat uang.

Langsunglah Silvana mengemudikan mobilnya dengan kecepatan biasanya yaitu 100 km/jam menuju rumah Nesia.

"Ummm,Singapur... Kira-kira kak Nanas udah bangun belum ya jam segini? inikan masih pagi..." tanya Silvana.

"Gedor saja.." jawab Singapore yang sudah berada di depan pintu Nesia.

DOK DOK DOK!

Singapore terus menggedor pintu rumah yang tidak berdosa itu.