Studio Lukis

'Bilang aja cemburu ama kak Figo karena bisa deket-deket sama kak Norge~' batin Silvana yang tak sengaja lewat di depan Hongkong.

Henriette mennatap Fa yang dari tadi diam saja. Entah kenapa ia mendapat ide iseng nan jail

"Kamu cemburu ya Fa?" Ucap Henriette spontan

Henriette berjalan menghampiri Fa, dia menghela nafas terus ngepuk kepalanya Fa. "Galau kenapa sih kayaknya tadi biasa aja?"

"Tauk! Bukan urusan lu juga!" kata Hongkong. "Lagian lu kenapa pake megang2 kepala gue segala? Sakit tau~!" kata Hongkong ngusap kepalanya (inget kan pas ketiban kanvas?).

"Xi Fa kenapa?" tanya Firenzigo dari belakang Henriette yang mendekati Xi Fa.

"Gara-gara elu gak nraktir gue sebulan penuh di warung burgernya Pak Donald!" jawab Hongkong tidak rasional.

'Bilang aja cemburu ama kak Figo karena bisa deket-deket sama kak Norge~' batin Silvana yang tak sengaja lewat di depan Hongkong.

Cemburu? Ngapain juga gue cemburu?

"Kamu cemburu ya Fa?" Ucap Henriette spontan. What? Nih anak bisa baca pikiran juga? Masa sih?

"Kagak! Ngapain juga gue cemburu?" kata Hongkong sambil mengalihkan pandangan ke arah poster Ade Rai yang dimakeup ala Amingwati.

"Yaaah kak Hongkong gak mau ngaku tuh~~" sahut Silvana yang lagi beresin kanvas yang telah selesai di warnai di studio seni.

"Fitnah sembarangan lagi gue bakalan -piiiiip- elu!" kata Hongkong ke Silvana.

"Gara-gara elu gak nraktir gue sebulan penuh di warung burgernya Pak Donald!"

Firenzigo tercengang. Dia sama sekali tidak ingat ada janji seperti itu. Dia pun meminta maaf, "Aku ada janji gitu ya? Wah, maaf! Aku tidak ingat."

Lalu terdengar pertanyaan dari Henriette bernada jahil.

"Kamu cemburu ya Fa?"

Cemburu?

Firenzigo memahami arti itu. Rasanya dia familiar dengan kata-kata 'cemburu'. Dia teringat sesuatu. Bukankah cemburu itu adalah perasaan tidak suka ataupun cemas jika orang yang kita sukai didekati orang lain? Berarti salah satu dari dia ataupun Henriette disukai oleh Xi Fa.

Xi Fa mengatakan kalau dia tidak cemburu dan memalingkan wajahnya. Silvana terdengar mengatakan hal yang berbeda.

Firenzigo bingung siapa yang disukai Xi Fa. Maka, dia pun bertanya, "Xi Fa suka siapa? Henriette ya? Atau aku?"

"Aku ada janji gitu ya? Wah, maaf! Aku tidak ingat."

"Iya, lu dulu janji gitu sama gue waktu tahun 690 SM pas Louis XVI nyamar jadi Louis Vuitton!" kata Hongkong semakin asal. Terus anak Italia itu malah nanya OOT bin gak nyambung, "Xi Fa suka siapa? Henriette ya? Atau aku?"

Heeeh? Nih anak ngapain ngikutin aliran sesatnya Joko Sembung? "Ngapain juga gue suka sama lu? Dasar tukang ge-er" kata Hongkong.

"Hiiii! Kak Hongkong gitu! Udah susah banget sih ngomong kalo kakak cemburu karena kak Norge deket sama kak Figo..." kata Silvana yang tersenyum iseng.

"Kak Figo~ Yang di sukai kak Hongkong itu kak Norge..." jelas Silvana kepada Firenzigo.

"Lah kok nama gue dibawa-bawa" Ucap Henriette, ia baru saja selesai membereskan barang-barangnya.

BEEP BEEP BEEP

"Ah sebentar ada telpon," Ucap Henriette, ia pun berjalan mejauh dan menjawab telponnya, "Halo Den, ada apa?"

Silvana yang mendengar itu langsung nimbrung ke Norge.
"Kak Norge bilangin om Dedenkalo utangnya belom lunas ya..." kata Silvana yang ada di hadapan Norge.

Xi Fa mengoceh hal yang makin tidak dimengerti Firenzigo. Dia juga berkata dengan ketus kalau Firenzigo ke-GR-an. Makin bingung kini Firenzigo. Masih belum mampu mencerna situasi sekarang.

Silvana tersenyum iseng mengatakan kalau Xi Fa cemburu karena Henriette dekat sama Firenzigo. Sampai sini, Firenzigo tahu dan paham situasi. Nah, masalahnya...

"Siapa yang disukai Xi Fa, Sil?" tanya Firenzigo.

"Kak Figo~ Yang di sukai kak Hongkong itu kak Norge."

Tidak paham.

Dia diam.

Xi Fa suka Henriette.

"HAAAAAAH!!!" kagetnya.

Henriette mengelak dengan panggilan pada telepon genggamnya. Firenzigo terlalu cemas hingga ia menarik tangan Henriette dengan kedua tangannya. Pandangan sedih ia lontarkan. Firenzigo tidak peduli Henriette sedang berbicara di telepon atau tidak.

"Henriette!" panggilnya agak keras untuk menarik perhatian Henriette. Didorong ketakutan.

Dia bertanya cemas,"Henriette juga suka Xi Fa?"

"Henriette juga suka Xi Fa?"

Henriette mengerutkan alis, "Suka? uhm... bisa dikatakan iya" Ia berhenti sebentar lalu tersenyum, "Tapi sebagai sahabat..."

"Kak Norge bilanginke om Deden kalo utangnya belom lunas..." sahut Silvana tepat di kuping Norge.

Firenzigo menangis mendengar jawaban Henriette. Karena itu belum menenangkannya. Dia ingin jawaban pasti. Hatinya sakit sekali membayangkan kalau dia tidak bersama Henriette. Ditengah tangisnya, ia bertanya lagi.

"Henriette suka gak sama aku? Sebagai teman juga?"

"Hiiii! Kak Hongkong gitu! Udah susah banget sih ngomong kalo kakak cemburu karena kak Norge deket sama kak Figo..." kata Silvana yang tersenyum iseng.

"Sok tau!" kata Hongkong sambil blush gaje dan natap poster film Spiderman terbaru yang dibintangi sama Gayus Tambunan dan Briptu Norman.

"Kak Figo~ Yang di sukai kak Hongkong itu kak Norge..." jelas Silvana kepada Firenzigo.

Belum sempet Hongkong ngejawab udah diduluin sama si Norway. "Lah kok nama gue dibawa-bawa" ucap Henriette, ia baru saja selesai membereskan barang-barangnya.

BEEP BEEP BEEP

Buset! Hape siapa tuh? Ringtonenya butut amat! Gue aja ringtonenya pake jingle Teletubbies!

"Ah sebentar ada telpon," Ucap Henriette. Lah punya dia toh? Kayaknya gue kudu ngajarin gimana caranya memilih ringtone yang baik dan benar.

"Halo Den, ada apa?"

Hah? Den? Hongkong langsung mikir. "Emang Norway kenal sama si Deden Sarden --> dari kampung sebelah?"

Norway udah selesai ngomong sama seseorang-entah siapa- yang dipanggil 'Den' itu.

"Henriette juga suka Xi Fa?" Tuh anak gaje tiba-tiba nyambung aja.

Henriette mengerutkan alis, "Suka? uhm... bisa dikatakan iya" Ia berhenti sebentar lalu tersenyum, "Tapi sebagai sahabat..."

"Sahabat? Gue gak inget pernah sahabatan sama lu, Nor," kata Hongkong yang moodnya udah (rada) stabil lagi.

"Jiaaah kak Hongkong gak inget jadi sahabat kak Norge... mungkin ingetnya sebagai pacar~~~"kata Silvana.

"Kapan gue pacaran sama dia?" tanya Hongkong.

Hongkong pun mikir. Bukan pacar, sahabat pun bukan... Jadi dia apanya gue?? Ah tau ah gelap ==

"Sahabat? Gue gak inget pernah sahabatan sama lu, Nor,"

Henriette natep Fa, "Oke kalo gitu kita nggak sahabatan lagi ya" Ucap Henriette, dia nunjuk Fa berani.

"Henriette suka gak sama aku? Sebagai teman juga?"

Henriette terdiam, ia menatap Firenzigo lalu menepuk kedua pipi Firenzigo lembut. "Ngomong apa sih sudah pasti kan" Henriette tersenyum.

"Oya, tadi Denmark ngajak kalian semua buat kerumah" Henriette merangkul Firenzigo dan Fa, tak lupa Silvana. "Katanya Finland masak banyak makanan hari ini~"

'Ha?! kak Finland masak?! OGAH!!!' batin Silvana.

"Aku nanti ikut deh ke rumah om Deden sekalian nagih utang... Tapi aku gak makan ya nanti... masih kenyang~" kata Silvana yang mencari alasan agar tak memakan masakan Finland.

Henriette tertawa, dia ngusep rambutnya Silvana. "Santai saja, dia cuma nyiapin bahan kok aku yang masak" Ucap Henriette

Mendengar itu Silvana merasa tenang. Untunglah Norge yang memasak,kalau tidak mungkin ia sudah mati di tempat. Di antara para Nordics yang bisa masak cuma Norge,Iceland dan Sweden doang... Yang laen... Hiiii,sama aja kayak masakannya Arthur!

"Hei kak Norge berhenti mengusap kepalaku. Aku bukan anak kecil lagi!" sahut Silvana.

Henriette masih mengusap kepala Silvana, "Nggak ah, jarang-jarang gue bisa ngelakuin ini," Ucap Henriette "Soalnya Iceland kalau diginiin marah sih"

Tepukan pelan di kedua pipi Firenzigo mengagetkannya. Ia melihat Henriette tersenyum padanya. Senyum yang membuat dada Firenzigo menghangat tiba-tiba sehingga membuatnya mengeluarkan air mata karena perasaan yang meluap-luap. Pandangan mata Henriette membuat Firenzigo tenggelam di dalamnya. Tapi dia tak mengerti arti sorot maat itu. Oh, dia sangat berharap pada jawaban Henriette.

"Ngomong apa sih sudah pasti kan."

Ah.

Hancur dunia Firenzigo karena harapannya terlalu tinggi. Untung dia belum mengatakan seluruh isi hatinya (walaupun sudah bukan rahasia lagi karena terlihat jelas), entah kenapa hatinya sakit.

Henriette hanya menganggapnya teman. Memang itu yang sudah seharusnya. Tapi, Firenzigo mengharapkan jawaban lain dari Henriette.

Remaja Norway itu merangkul Firenzigo, Xi Fa, dan Silvana. Ia mengajak untuk makan bersama. Firenzigo diam dalam rangkulan itu mendengarkan Henriette dan Silvana bertukar canda.

Dengan pelan, Firenzigo melepas rangkulan itu. Dia menatap Henriette sedih. Sakit hatinya tergambar jelas karena kontras dengan senyum yang ia paksakan.

"Ah, maaf, aku harus menyelesaikan lukisanku, jadi tidak bisa."

Senyuman yang sangat dipaksakan.

Air mata menetes di pipinya.

Untuk pertama kalinya.

Seorang Firenzigo Vespucci.

Berbohong.

"Aaaaa! Gak mau! berhenti! Ku gigit nih tangannya!" kata Silvana yang kepalanya masih di usap sama Norge.

Memang Silvana tingginya hanya beda beberapa centi sama Norge. Tapi tetap saja Norge yang lebih tinggi mungkin karena lebih tua.

"Kak Figo... Yakin tak mau ikut? Nanti sepi,gak seru!" sahut Silvana yang melihat Firenzigo pergi menjauh.

"Firenzigo kenapa?" Tanya Henriette, ia mendekatinnya dan menepuk pundaknya pelan. "Ada apa jangan menangis donk"