Studio Lukis

"Aku tidak mau hanya dianggap sebagai teman," Firenzigo telah membulatkan tekad. "Aku mau lebih dari teman."

'Kak Figo nembak kak Hen?! OMG!!! Hot news! Tapi tunggu hasilnya deh~' batin Silvana.

"Aku tidak mau hanya dianggap sebagai teman," Firenzigo telah membulatkan tekad. "Aku mau lebih dari teman."

Henriette menatap Firenzigo, jujur ia kaget dengan jawaban tersebut. Sampai akhirnya ia tersenyum, "Kenapa nggak bilang dari tadi?" Ucap Henriette ia mengusap kepala Firenzigo pelan.

Henriette tertawa pelan, "Kalau begitu aku harus berkata apa?" Ucap Henriette, ia memeluk Firenzigo "Ti Amo atau Jeg elsker deg?" Henriette berkata lembut

"Kenapa nggak bilang dari tadi?" Ucap Henriette ia mengusap kepala Firenzigo pelan.

'Haaah? aku jadi bingung...' batin Silvana.

Henriette tertawa pelan, "Kalau begitu aku harus berkata apa?" Ucap Henriette, ia memeluk Firenzigo "Ti Amo atau Jeg elsker deg?" Henriette berkata lembut

'Apa ini sebuah penerimaan?! Huaaaa! Selamat kak Figo~' tambahnya.

"Ti amo aja!" sahut Silvana yang keceplosan.

'Uuuppsss... ketahuan deh...' batin Silvana yang sembunyi di tempat persembunyiannya.

Kekagetan terlihat di wajah Henriette. Firenzigo sudah menduganya. Dia juga sudah tahu kalau sebentar lagi akan keluar kata-kata maaf dari Henriette karena hanya menganggapnya teman saja. Namun, ternyata itu tak terjadi. Henriette justru tersenyum. Kali ini, Firenzigo yang kaget.

"Kenapa nggak bilang dari tadi?"

"Ha?"

Belum selesai Firenzigo kaget ataupun memahami arti senyum dan kata-kata Henriette, tiba-tiba saja Henriette tertawa pelan lalu memeluk Firenzigo. Yang semakin membuat Firenzigo tak mengerti. Dia juga bertanya lembut saat memeluk.

"Kalau begitu aku harus berkata apa? Ti Amo atau Jeg elsker deg?"

"Ha?"

"Ti amo aja!"

Suara Silvana terdengar entah dari mana. Orangnya tidak ada.

"Tunggu, tunggu! Maksud Henriette apa?"

"Ti amo aja!" Teriak Silvana.

Henriette menoleh dengan keadaan tetap memeluk Firenzigo, dan memberi tatapan BERISIK-BANGET-SIH-LO!

"Tunggu, tunggu! Maksud Henriette apa?" Ucap Firenzigo, Henriette tertawa pelan. Dilepaskannya pelukkannya lalu berkata.

"Ti amo mia cara," Henriette mencium dahi Firenzigo, "Jeg elsker deg kjære"

"Tunggu, tunggu! Maksud Henriette apa?"
"Ti amo mia cara," Henriette mencium dahi Firenzigo, "Jeg elsker deg kjære"

Silvana yang mengintip itu langsung nosebleed. Dengan lancangnya ia masuk dan bertanya kepada mereka berdua.
"Mau di kawinin kapan? Sekarang? Tuh mobil kawinnya dah nunggu di depan..." katanya.

Firenzigo merasa sentuhan lembut dari bibir Henriette ketika mencium dahinya. Dia juga mendengar kata-kata Henriette dengan jelas.

"Ti amo mia cara. Jeg elsker deg kjære."

"Ha?"

Apa ini mimpi?

Memang Firenzigo tergolong lambat untuk memahami. Tapi, setidaknya dia tahu kalau ini memang bukan mimpi. Air matanya mengalir lagi. Bibirnya juga tersenyum menatap Henriette. Senyuman itu bukan senyum dipaksakan seperti tadi. Itu senyuman bahagia yang memang pantas untuk menghiasi wajah Firenzigo.

"Ti amo, Henriette," Firenzigo memeluk Henriette.

Dia bisa merasakan kehangatan tubuh Henriette. Membuatnya semakin merasa senang. Senyum tak bisa dihentikan olehnya. Dia juga mempererat pelukannya. Tak ingin melepas Henriette.

Tiba-tiba Silvana masuk dan bertanya kapan kawin. Di depan juga sudah ada mobil.

Firenzigo menoleh ke arahnya sebentar. Masih dengan senyum bahagianya. Sambil memeluk manja Henriette dia berkata pada Silvana.

"Itu nanti saja, aku masih ingin seperti ini."

Silvana yang melihat itu memberi tatapan congratulation-ya-kak kepada Figo dan tatapan pj-jangan-lupa kepada Norge. Ia pun langsung keluar dari studio,tak lupa ia foto adegan mesra itu.

Tok Tok Tok

Erza mengetuk pintu studio seni yang berada di hadapannya sekarang. "Permisi, apakah ada orang?" tanyanya.

"Itu nanti saja, aku masih ingin seperti ini."

Pintu tertutup meninggalkan Henriette dan Firenzigo didalamnya, Henriette melepaskan pelukkannya lalu tersenyum. "Ayo pulang sudah sore" Ucap Henriette, ia menarik tangan Firenzigo.

TOK TOK TOK

Seseorang mengetuk pintu, "Permisi, apakah ada orang?" Ucap Erza siswa kelas Eropa.

Sebelum keluar ia melihat ada seorang yang begitu familiar untuknya.
"Kak Belgie~ Ada apa di sini?" tanyanya pada orang yang mengetuk pintu.

"Kak Belgie~ Ada apa di sini?"

Erza terkejut dan didapatinya Silvana tengah berada di hadapannya, dia tersenyum renyah, seperti biasanya kepada Silvana, "Hai Silvana, aku sedang mencari Firenzigo. Apakah dia ada di dalam?"

"Ummm sepertinya ia sedang tak bisa diganggu... Lagipula ada apa ya kak Belgie mau ketemu kak Figo? Apa ingin belajar melukis?" kata Silvana yang teringat kejadian tadi.

Silvana keluar Studio setelah mendengar Firenzigo berkata seperti itu. Tak lama, Henriette mengajak Firenzigo pulang dan mereka berdua berjalan ke arah pintu Studio yang diketuk seseorang. Erza Neese.

Firenzigo bisa mendengar Silvana bercakap-cakap dengan Erza yang bertanya apakah Firenzigo ada dalam Studio atau tidak. Dia sempat tersenyum kecil mendengar Silvana menjawab kalau ia tak bisa diganggu sekarang ketika dilihatnya tangannya dan Henriette bergenggaman.

Dia membuka pintu Studio, masih menggenggam tangan Henriette di sampingnya dan bertanya lembut pada Erza.

"Ada apa mencariku, Erza?"

Erza menggeleng dan dia tersenyum, "Tidak, aku hanya ingin menyerahkannya beberapa perlengkapan melukis. Tapi sepertinya dia sibuk, jadi lain kali saja aku menyerahkannya." jelasnya.

"Ada apa mencariku, Erza?"

Dari balik pintu studio, keluarlah Firenzigo yang sedang bergandengan tangan dengan Henrietta. Seketika Erza langsung menutup mulutnya dan segera berdehem, "Ehem, maaf menganggu acaramu, Firenzigo. Aku hanya ingin menyerahkan beberapa alat untuk melukis. Itu saja."

"Ternyata sudah selesai ya~" kata Silvana sambil tersenyum ke arah pasangan itu.

'Asiiiik Pj dong~~~' batin gadis itu.

"Kalau begitu aku masuk sebentar mengambil kanvas ku ya~ Nanti aku keluar lagi kok... Oh iya kak Figo jadi mau ikut ke rumah Nordics? Kak Erza juga mau?" tanya Silvana.

"Terima kasih, Erza."

Firenzigo menerima perlengkapan melukis yang diberi Erza setelah melapas genggaman dengan Henriette. Lalu, Silavan bertanya pada pada Firenzigo ingin ikut ke rumah Nordics atau tidak.

Dia menatap hangat Henriette dan memeluknya manja sambil berkata senang, "Mau deh. Aku mau makan masakan Henriette."

Firenzigo bahagia.

----------
Habis nih? Selesai ya thread ini?

Kalau kataku sih selesai kayaknya...

"Mau deh. Aku mau makan masakan Henriette." Ucap Firenzigo

Henriette tersenyum, diambilnya alat gambar yang ada ditangan Firenzigo dan menaruhnya dimeja. "Baiklah, ayo berangkat" Ucap Henriette setelah mencium lembut bibir Firenzigo.

Tanpa basa-basi ataupun kata-kata, Firenzigo merasakan sentuhan lembut dari bibir Henriette di atas bibirnya. Tadinya Firenzigo kaget dan ingin lepas, tapi kelamaan ia suka.

Setelah itu, Henriette berkata,"Baiklah, ayo berangkat."

Firenzigo mengangguk riang. Tak lupa dia menggandeng tangan Henriette ketika mereka keluar Studio. Firenzigo menutup pintu dan menguncinya.

Ini pertama kalinya dia melewatkan hari tanpa melukis. Kenapa? Karena menghabiskan waktu bersama Henriette lebih menyenangkan dari melukis.

------------

Selesai. Thread ditutup.

Akhirnya kelar~ XD *meluk Italy*

Norway lama bener sih nyatainnya *pelukNorway*

wah wah~ pasangan baru~ kapan kawin? PJ dong~ tanggung jawab karena dah ngerjain Silvana di Afrika~ #slap.

Nih nanya kapan kawin apa kapan nikah nih?
Kawin mah, tergantung Norway kapan siap hahahahaha!
Nikah mah, belum dilamar nih hahaha!

Hehehe... kan biar gimana gitu *ngelus kepala Italy*

@Silvana: Kawin? belom siap nih~ saya belom mau kayak Putri Diana dengan Pangeran Charles