Judul: Tawuran Pelajar
Tema:
Tawuran Main item:
Boneka kelinci warna pink yang imut nan cantik dari India Main character: Denmark (Mathias), America (Alfred), Germany (Ludwig)
Genre: Humor, Parody.
Tawuran Pelajar
.
Suatu hari yang cerah di sekitar sekolah yang cukup terkenal namun kurang diminati masyarakat bernama SMA Heta Gak Maju-maju. Saat itu di halaman sekolah tersebut terlihatlah sesosok makhluk tak diketahui yang sedang menyanyi.. Atau mungkin ayannya sedang kumat?
Setelah diamati baik-baik, ternyata makhluk yang tertuduh ayan serta membawa boneka kelinci berwarna merah jambu yang imut nan cantik dari India itu merupakan salah satu murid sekolah(yang tidak)penting tersebut. Rupanya dia sedang menyanyi dengan suara yang cukup lantang dan sepertinya juga dia menyanyi sebuah lagu yang sedikit familiar di telinga.
“Nurdin Halid, teruskan korupsimu! Ku akan terus mendukungmu, hingga duitku bangkrut.. Wouwooo ~”
Lelaki itu jangkung, berambut jabrik ke atas dengan pirang yang mendominasi serta cambang yang ada di sisi wajahnya. Lelaki itu terkenal dengan sebutan “
Goat Men” atau bahasa lautnya
Manusia kambing. Nama aslinya adalah Mathias Kohler, berasal dari Denmark.
Mathias adalah lelaki berisik yang suka membangga-banggakan kambing khayalannya yang sama sekali tidak berwajah unyu seperti yang ia katakan. Entahlah, unyu itu merupakan suatu yang relatif bagi setiap orang, kan?
Ketika Mathias masih tengah asyik menyanyi(atau mungkin berteriak?) datanglah seorang pria berkacamata dengan rambut pirang kotor(
dirty-blond maksudnya) serta membawa boneka kelinci berwarna merah jambu yang imut nan cantik dari India ukuran 29 inchi di tangannya menghampiri Mathias. Sepertinya hendak mencari masalah.
“Woy! Kamu nyanyi lagu maho, ya?” tanya pria itu sambil menunjuk wajah Mathias. “Kamu siapa?” tanya Mathias balik. Lelaki berkacamata itu hanya tertawa mengerikan sambil mengelus boneka kelinci berwarna merah jambunya.
“Guweeh Alfred F Jones, guweh terkenal sebagai anak macho di sma guweh, SMA Lia Pahit Ke-asem kecutan!” koar Alfred dengan bangganya.
Namun Mathias hanya menatap Alfred dengan wajah polos, namun tiba-tiba dia
langsung berkata, “Dasar kamu band berandalan tidak bermodal!”
Merasa tidak terima, Alfred pun segera melotot ke arah Mathias sambil memeluk boneka kelincinya itu.
“Apa maksud kamu tidak bermodal? Lihat, aku punya boneka kelinci yang imyuut beud!” ucapnya tegas setegas tukang korupsi yang ketangkep basah lagi nyuri pakaian wanita.
“CD Original saja tidak punya!” balas Mathias.
“Hah? CD? Celana Dalam?” tanya Alfred dengan begonya. Segera saja Mathias menepuk jidatnya sendiri dengan menggunakan tisu serba otomatis, ekonomis dan higienis.
“Aduh, bukan itu BODOH!”
“Wah, kamu menghina saya ya?” tanya Alfred. “Iya! Mau apa kamu?” kembali Mathias berbalik bertanya sambil membusungkan dadanya.
“Ibuku berkata bahwa jikalau andaikata seumpamanya ada orang seperti kamu, lebih baik berkelahi saja!”
Ketika itu juga mereka berdua pun tawuran, senjata yang mereka pakai hanya satu.
Yaitu boneka kelinci berwarna merah jambu yang imut nan cantik dari India yang entah kenapa sering ada di sekitar mereka. Cara mereka berkelahi? Bayangkan saja banci-banci salon dengan genitnya memukul-mukul pundak pelanggannya yang sedang creambath.
Namun, ketika mereka sedang asyik-asyiknya bergenit-genit ria—maksudnya asyik-asyiknya tawuran, datanglah seorang Polisi dengan gaya rambut klimis serta wajahnya buleeee beud!
“Hey, sedang apa kalian ada di sini? Tawuran ya?”
“Bukan Om, eh Pak! Kami tidak tawuran!” sanggah Alfred sambil merangkul pundak Mathias. Mathias pun begitu juga, membalas rangkulan Alfred dan mencoba mencari alasan yang sama sekali tidak masuk akal.
“Iya, Pak! Kami tidak tawuran, kami cuman berpelukan!”
Polisi yang diketahui(entah dari siapa)bernama Ludwig pun segera berteriak dan membentak mereka.
“Bohong saja kalian ini! Cepat tunjukkan SIB & STNK kalian!”
“Kami hanya punya boneka ini pak!” jawab mereka. “Lalu apa hubungannya SIB & STNK?” tanya Mathias.
“Aduh dek, banyak omong kalian ini!” jawab Ludwig dengan kesal.
“
By the way jablay ketabrak busway, SIB itu apa pak?” Alfred pun akhirnya bertanya juga. “Surat izin berkelahi, dek!”
“Kalau STNK itu apa, pak?”
“Argh! Bodoh sekali kamu! STNK saja tidak tahu artinya. Itu artinya Surat Tanda Nakal. Sudah, sudah, sekarang kalian ikut saya ke kantor polisi!”
Mereka berdua pun tertangkap dan dibawa menuju kantor Polisi.
~~~~~~
Setiba di kantor polisi, Mathias dan juga Alfred diperintahkan oleh Ludwig untuk menghubungi Ibu mereka masing-masing agar mengetahui bagaimana keadaan mereka. Ludwig segera meminjamkan ponselnya ke Mathias. Mathias pun menelpon Ibunya dan seraya berkata, “Mama.. Sekarang aku lagi di kantor polisi. Kirimkan aku pulsa 50.000 rupiah secepatnya. Jangan menelpon balik, aku lagi pakai pak polisi.”
Alfred pun ikut menghubungi Ibunya, “Mama.. Cepat datang ke sini. Alfred lagi di kantor polisi. Hatiku cenat-cenut, lidahku kelu. Samlekom!”
“Nah, kalian sudah selesai menelpon. Sekarang saatnya masuk sel!”
Akhirnya mereka pun masuk ke dalam sel. Setelah menunggu sekitar dua jam lamanya, Ibu dari Mathias pun tiba di kantor polisi.
“Selamat sore, pak polisi. Saya Natalya, Ibu dari Mathias,” seru Natalya. Dia pun dipersilahkan Ludwig untuk di kursi yang sudah tidak dia sediakan seraya bertanya, “Kenapa Ibu datang terlambat?”
“Maaf pak! Saya tadi sedang mengantri launching album Pe We Ge, pak Ad Astra Per Perapera. Baru loh, pak. Baunya masih bau toko.” jawab Natalya dengan pandangan blink, blink, blink, blink.
“Wah, anda beli dimana? “ tanya Ludwig, “Eh, anda jangan memprovokasi saya ya!” lanjut Ludwig marah.
Tak lama berselang, datangnya Elizaveta, Ibu dari Alfred.
“Assalamualaikum.” seru Elizaveta.
“Walaikumssalam, kenapa anda terlambat?” tanya Ludwig.
“Maaf pak polisi. Saya habis dari pengajian yang membahas tentang siksa kubur, pak! Wajib ditonton loh ~” jawab Elizaveta dengan menggebu-gebu.
“Sudah, sudah! Sama saja kalian berdua ini! Mencoba memprovokasi!” teriak Ludwig sambil menunjuk Elizaveta dan Natalya.
“Jadi, anak saya kenapa? Ketahuan nyabu ya, pak? Padahal sudah saya bilang supaya nyabu jangan di depan sekolah. Nanti ketahuan!” ucap Natalya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Hah? Apa? Dia pemakai narkoba?”
Keluarlah Mathias yang sedang menghisap sabu-sabu.
“Woy! Nyabu di kantor polisi! Sudah tawuran, nyabu lagi! Baru juga SMA! Mau jadi apa kamu, hah?” teriak Ludwig kalap.
“Mathias mau jadi dokter. Supaya bisa sembuhin teman-teman Mathias yang lagi sakit.” jawab Mathias dengan mewek.
“Kalau saya ingin jadi dokter beranak, pak!” celetuk Alfred. Elizaveta pun berdiri, “Tidak bisa! Kamu harus jadi ustadz!”
“Diam kalian semua! Saya jadi pusing mendengarnya. Mau saya dor satu-satu, hah?” teriak Ludwig sambil menodongkan pistolnya.
“A...ampun paaaak..” kata Mathias ketakutan sambil menriukan gaya sule.
“TIDAAAAAAAK!” teriak Alfred.
Setelah sekian lama, akhirnya Natalya pun berdiri dan menatap Ludwig dengan seksama dan dengan tempo sesingkat-singkatnya.
“Ooo.. Tidak bisa, pak. Sebenarnya anak saya, Mathias memliliki sebuah rahasia. Sebenarnya dia itu.. Hikss.,” Natalya memotong kalimatnya dan dia pun terisak tersedu-sedan.
“Dia kenapa?”
“Dia itu.. Dia mengidap penyakit cacat mental!” lanjut Natalya sambil menunduk dan dia pun menangis. Langsung saja Mathias segera menirukan gaya joget pinguin-nya Parto.
“Pak Polisi, saya juga mau mengaku.. Sebenarnya anak saya, Alfred juga mengidap sebuah penyakit berbahaya. Yaitu epilepsi kronis!” karta Elizaveta
Tiba-tiba saja Alfred langsung kejang-kejang dan berjoget seperti tarian cenat-cenut.
Ludwig pun mengaruk-garukkan kepalanya dengan pisau. “Ah, tambah bingung saya dengan kalian ini. Sudah, lebih baik kalian pergi saja deh! Mathias dan Alfred saya bebaskan. Sekarang cepat kalian keluar dari sini. Bisa gila saya kalau menghadapi kalian terus!”
Ludwig pun segera mengusir mereka. Mathias pun langsung mencium tangan Ludwig dan memberikan boneka miliknya yang paling berharga, “Teriakasih, pak Polisi. Anda unyu sekali!”
Lalu mereka semua pun bergegas keluar dari kantor polisi.
“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!” Tiba-tiba saja Ludwig tertawa terbahak-bahak. Dan sejak saat itu, Pak Polisi Ludwig pun menjadi gila.
The End